Sabtu, 24 April 2010

Kenali Musim Di Kepulauan Seribu


Kepulauan Seribu merupakan salah satu wilayah di Jakarta yang memiliki kekayaan dan aneka ragam hayati laut. Makanya, bagi yang hobi memancing, sudah tak asing lagi dengan Kepulauan Seribu yang kaya akan berbagai jenis ikannya.

Sayangnya, tak semua keanekaragaman hayati tersebut dapat ditemui dalam waktu bersamaan. Ada saat-saat tertentu dimana beberapa jenis ikan akan muncul.

Kemunculan ikan-ikan ini dipengaruhi faktor angin yang biasa berhembus di laut. Berdasarkan perhitungan para nelayan, ada beberapa musim angin yang bagus untuk melaut dan ada beberapa musim yang baiknya tidak melaut. Informasi ini, diharapkan bisa menjadi referensi bagi para pemancing sebelum bertolak ke Kepulauan Seribu.

Musim Daya Laut
Merupakan musim yang baik untuk memancing atau bagi nelayan baik untuk melaut. Karena pada musim daya laut yang terjadi sekitar Oktober-November, kondisi alam cukup bersahabat. Tiupan angin yang tidak begitu kencang dengan ombak yang tenang sangat cocok untuk mencari ikan di laut. Pada musim ini, biasanya sejumlah ikan seperti Ikan Manyang, Kembung, Selar, Teri, dan Tongkol sangat mudah ditemui.

Musim Barat Daya
Biasanya pada musim ini, angin bertiup dari arah barat daya ke arah timur laut melewati pulau-pulau dengan kecepatan yang sangat kencang (badai), warga setempat menyebutnya dengan istilah angin barat daya. Kondisi ini tentu diperparah dengan ombak laut yang cukup ganas serta badai angin. Musim ini biasanya terjadi sekitar awal tahun baru, yaitu bulan November-Januari.

Nelayan setempat, meyebut musim ini sebagai musim “paceklik” karena banyak nelayan kepulauan seribu yang tidak berani melaut. Pada musim ini, nyaris seluruh perairan seperti tidak ada ikannya. Untuk itu, jika memaksa memancing pada musim ini siap-siap saja gi*** jari.

Musim Timur
Pada musim ini biasanya terjadi mulai Juni-Agustus. Musim timur, biasanya angin bertiup kencang mulai pagi hingga malam hari dengan iringan badai dan gelombang laut yang besar. Pada musim ini, ketinggian gelombang bisa mencapai 1-2 meter. Karena gelombang tinggi, beberapa nelayan menjalankan aktifitasnya pada malam hari dnegan alat pancing.

Musim Tenggara
Musim ini merupakan musim yang paling dibenci para warga Kepulauan Seribu, karena saat ini biasanya beberapa perairan dipenuhi beragam sampai dari daratan. Tak heran, masyarakat setempat menyebut musim tenggara dengan musim sampah. Mengikuti arah angin tenggara, beberapa sampah mulai sampah rumah tangga hingga limbah pabrik memenuhi pesisir dari daratan Jakarta dan Tangerang.Musim ini terjadi sepanjang bulan Mei.

Musim Ikan Tongkol
Ikan tongkol merupakan jenis pelagis yang melakukan migrasi melintasi perairan laut jawa. Musim migrasi terjadi pada bulan Oktober hingga April. Pada masa ini nelayan panen ikan tongkol dalam jumlah besar. Sayangnya, melimpahnya jumlah ikan tongkol pada musim ini mengakibatkan harga menjadi turun, ditambah pembeli yang terbatas.

Musim Ikan Tenggiri
Ikan ini juga merupakan jenis pelagis yang menjadi primadona nelayan karena harga jual yang tinggi. Ikan ini banyak dijumpai diperairan Kepulauan Seribu pada bulan-bulan November dan Desember


Sumber :

http://enjoypulauseribu.com, dalam :

http://www.untukku.com/artikel-untukku/kenali-musim-di-kepulauan-seribu-untukku.html


Sumber Gambar:

http://indonesianationalparks.com/National%20Parks%20Indonesia/images/Java/maps/Kepulauan-Seribu-National-P.jpg

http://jakarta-tourism.go.id/wisatadkiapp/page/id/9/kepulauan-seribuhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1O7XzN9_CF3j-OpgBUmG3AtkeLPjuYOX2kzyFYr28ag7t3uM8oPWJsqyM2pdWRmagx4H3MH99DOsILp25-fpVSFZbnu21V7hEcDCO4_QSJ0ZITWHNpy8WO0t8nR-aUClk8a_pLlgUFZ2i/s320/pulau+seribu20.jpg

Jumat, 23 April 2010

Kepulauan Seribu

GEOGRAFIS Kawasan yang letaknya 45 km sebelah utara Jakarta ini mempunyai nilai konservasi yang tinggi karena keanekaragaman jenis dan ekosistemnya yang unik dan khas. Kepulaun Seribu mempunyai luas wilayah 1.180,80 ha (11,80 km2) dengan jumlah penduduk 15.600 jiwa, terdiri 105 pulau yang tersebar dalam 4 kelurahan. Kondisi sumberdaya alam tersebut menyimpan potensi, terutama di sektor perikanan dan sektor pariwisata. PERDAGANGAN Penangkapan ikan di Kepulauan Seribu merupakan salah satu mata pencarian utama nelayan setempat. Produksi perikanan laut dan hasil tangkapan lokal pada tahun 2000 di wilayah Jakarta Utara 57.260.269 kg dengan nilai sebesar Rp.97.267.048.675,-. Hal ini mengalami penurunan produksi jika dibandingkan dengan pada tahun 1999 sebesar 63.091.645 kg. Dengan penurunan sebesar 5.831.136 kg atau turun sebesar 9,2%. Penurunan produksi tersebut disebabkan karena terjadinya over fishing penangkapan di perairan Teluk Jakarta yang diakibatkan padatnya armada perikanan yang beroperasi. PARIWISATA Kegiatan wisata terutama wisata bahari merupakan potensi besar yang dapat dikembangkan di Kepulauan Seribu. Kegiatan Pariwisata Bahari yang telah dikembangkan adalah: pemancingan, rekreasi laut dan pulau, sepeda air, penyelaman, selancar angin. Di Perairan Teluk Jakarta, Pulau Bidadari, Bira Besar. Akomodasi pariwisata berupa hotel dan cottage berpotensi dikembangkan di Kepulauan Seribu terutama di pualu-pulau yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata seperti Pulau Genteng Besar, Pulau Lipan, Pulau Melintang Besra, Pulau Perak, Pulau Putri Besar, Pulau Sebaru Besar. TRANSPORTASI Kawasan Taman Nasional ini mudah dicapai dari Jakarta, khususnya dari Ancol dan Pulau Bidadari dengan speed boat menempuh waktu kurang lebih 30 menit. Tiap hari, dari Pantai Marina Ancol, Anda bisa menumpang speed boat carteran dengan lama perjalanan 2-2,5 jam. Atau Anda bisa menumpang speed boat melalui jalur Tanjung Priuk-Pulau Panggang dua kali dalam seminggu. Sumber : http://www.jakarta.go.id/pemerintahan/kotamadya/kepseribu/

Peta Kepulauan Seribu

View Larger Map

Hasil Dari Sampah-Sampah kita Di Kepulauan Seribu

Koran Kompas hari Selasa tgl 29 Mei 2007 memberitakan tentang “Sampah Kian Tak Terkendali” di Kepulauan Seribu. Bupati Kepulauan Seribu Bapak Djoko Ramadhan mengatakan bahwa sampah tersebut sudah melewati Pulau Pramuka yang biasa ditempuh dalam waktu 1.5 jam atau 45 km dari Pantai Marina, Ancol. Hal ini sebenarnya sudah diberitakan oleh Bupati sebelumnya yaitu Bapak Abdul Kadir yang sangat mengkhawatirkan keadaan daerahnya. Padahal Kepulauan Seribu adalah rumah bagi Kawasan Taman Nasional Laut dengan luas 108.000 ha. Bagaimana kita mau menikmati dan berekreasi di sama kalau yang dilihat cuma sampah?

Menurut data dari beritabumi.or.id Rata-rata setiap orang di Jakarta menghasilkan 3 liter sampah setiap harinya dan 90% dari sampah tersebut dibuang ke 13 sungai yang ada di Jakarta. Time Asia bulan Oktober 2006 mengatakan sekitar 1200 meter kubik sampah Jakarta dibuang ke laut atau setara dengan 288 ton sampah Setiap Hari! Bagimana kalau setelah satu tahun? Sampah sudah akan mencapai 105,120 ton! Kalau hanya sebagian saja yang dijaring dan dibersihkan, berapa banyak yang sisa setiap tahunnya dan menggunung terus menerus.

Lebih dari 75% dari penduduk Kepulauan Seribu tergantung pada sektor perikanan dan kelautan sehingga mereka pun bergantung pada laut yang bersih untuk mendapatkan hasil yang baik juga.

Akibat Sampah

Pak Djoko Ramadhan mengatakan bahwa harus ada lintas sektoral untuk membersihkan kali misalnya dengan memasang jaring di setiap kecamatan dan kelurahan yang dilewati sungai dan bertanggung jawab untuk daerahnya. Hal ini sangat baik dan sangat perlu dilakukan dengan segera. Setiap Lurah dan Camat pun harus merasa peduli, dan bukan membiarkan sampah melewati daerahnya saja, dan juga melihat impact yang jauh lebih besar ke depannya.

Selain itu juga kita harus terus mensosialisasikan kampanye “Jangan Buang Sampah” ke seluruh masyarakat. Memang kalau sosialisasi saja tidak akan digubris. Pemerintah harus mulai menetapkan sangsi yang berat juga. Memang hal ini bukan hanya untuk masyarakat Jakarta saja. Penduduk Kepulauan Seribu pun harus bisa memberi contoh, tidak dengan membuang sampah, air besar dan lainnya ke laut. Kalau mereka sendiri tidak peduli bagaimana dengan orang lain?

Lebih dari itu, rumah kumuh dan illegal di bantaran sungai HARUS dibasmi. Bukan saja mereka mengotori sungai, tapi juga mengambil jalur hijau yang seharusnya dapat menghijaukan dan mengurangi polusi kita. Saya bukannya sadis dan hanya mau mengusir, tetapi kita juga harus bisa tegas karena kalau tidak kita yang rugi sendiri. Di negara lain pun seperti itu dimana pemerintah tegas dalam mempertahankan tanah milik negara dan mengusir siapa pun yang tinggal didalamnya.

Memang sampah merupakah problem yang banyak orang tidak memperdulikan, tetapi sekalinya menjadi problem dan memberi impact langsung kepada mereka, baru mau action. Ingat problem sampah di Bandung? sampai seluruh kota menjadi bau sampah. Kalau sudah begitu baru bingung…


Sumber :

http://akuinginhijau.org/2007/05/30/hasil-dari-sampah-sampah-kita-di-kepulauan-seribu/

30 Mei 2007

Wah, Banyak Ikan Mati di Kepulauan Seribu

Laut Kepulauan Seribu sepertinya tak pernah lepas dari pencemaran. Kali ini, tarball atau gumpalan minyak mentah mencemari sekeliling pantai Pulau Pramuka. Akibatnya, banyak ikan mati dan pohon bakau (mangrove) yang ditanam di bibir pantai pun terancam rusak.

Untuk itu, warga meminta agar tarball itu segera dibersihkan. Sebab, bila dibiarkan, bakal lebih banyak lagi kerugian yang diderita akibat tarball itu.

”Kami meminta agar tarball ini dibersihkan, apalagi melihat dampak yang ditimbulkan sangat berbahaya bagi kelangsungan ekosistem laut dan tanaman bakau,” kata Salim (51), Ketua Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Kepulauan Seribu, di Pulau Pramuka, Senin (2/11).

Menurut dia, pencemaran tarball yang terjadi ini merupakan yang ketiga kalinya dalam tahun ini. Untuk itu, dia berharap pemerintah kabupaten bertindak tegas dengan meminta pertanggungjawaban pelaku pencemaran. 

”Selama ini, kasus pencemaran tidak pernah tuntas sehingga wajar jika pelaku seenaknya melakukan hal yang sama,” ujar Salim.

Gumpalan minyak mentah berwarna hitam pekat itu terdapat di sekeliling pantai Pulau Pramuka. Akibatnya, ikan dan sejumlah biota laut ikut mati terdampar. Kini, gumpalan itu mulai mencair dan mengotori pasir pantai, diperkirakan ikan yang mati jumlahnya mencapai puluhan ton.

”Banyak sekali, mungkin puluhan ton, sejak pagi sudah puluhan karung saya kumpulkan,” ujar pria yang didaulat sebagai penerima Kalpataru karena kepedulian terhadap lingkungan ini.

Sumber :
http://sains.kompas.com/read/2009/11/02/17232939/Wah..Banyak.Ikan.Mati.di.Kepulauan.Seribu
2 November 2009

90 Persen Bayi di Kepulauan Seribu Menderita Anemia

Sekitar 30 persen siswa SD, SMP, dan SMA/SMK di Kepulauan Seribu menderita anemia. Parahnya, 90 persen bayi yang lahir di Kepulauan Seribu juga menderita anemi.

Penyebabnya, asupan gizi yang rendah serta pola makan yang tidak sehat. Berdasarkan hasil survei penanggulangan anemi dan gizi buruk di Pulau Panggang dan Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, 30 persen dari sekitar 1.200-1.300 siswa yang diambil sampel darahnya, menderita anemia.

Jumlah terbanyak adalah siswa sekolah dasar (SD) mencapai 37,3 persen, sedangkan siswa SMP dan SMA 30,2 persen dan 23,7 persen.

Survei dilakukan oleh International Pharmaceutical Manufactures Group (IPMG) yang bekerjasa sama dengan Yayasan Kusuma Bangsa (YBK). Dr Adi Sasongko, peneliti dari YBK, menjelaskan, 70 persen warga di Kepulauan Seribu menderita anemia.

Mulai dari bayi lahir, balita, anak-anak dan remaja, ibu hamil dan menyusui, hingga orang dewasa. “Anemia menyerang siapa saja, tidak ada batasan umur dan jenis kelamin,” tambah dr Adi, saat memaparkan hasil survei, Selasa (13/10), di Pulau Pramuka.

Warga di Kepulauan Seribu yang paling rentan menderita anemia adalah bayi. Sekitar 88,9 persen bayi yang baru lahir menderita anemia, sebab mereka dilahirkan dari ibu-ibu yang juga anemia.

Lebih dari 75 persen, dari 49 persen ibu hamil yang diuji, mengalami kekurangan darah merah. Penyebab utama anemia di Kepulauan Seribu adalah pola hidup kurang sehat, pola makan yang kurang bergizi, serta ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit anemia.

Meski tidak terlihat langsung dampaknya, anemia mengakibatkan kualitas sumber daya manusia tidak bagus karena penderita selalu merasa letih dan lemah. Dampak lainnya adalah penyakit jantung.

Diakui sejumlah warga yang menghadiri seminar hasil survei, warga Kepulauan Seribu kurang mengonsumsi sayuran dan buah yang memicu anemia. “Kami selalu makan ikan, tapi kalau sayur memang jarang. Anak-anak juga tidak suka makan sayur,” ujar salah seorang ibu.

Menurut dr Adi, walaupun sudah diberikan suplemen zat besi untuk menambah kadar hemoglobin, penurunan penderita anemia tidak signifikan. Sebab, masyarakat tidak patuh mengonsumsi suplemen yang telah diberikan secara gratis. Selain itu, pola makan makanan sehat dan bergizi, masih belum berubah.

Diakui Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Fuad Nurdin, asupan gizi dari sarapan anak-anak sudah mencukupi. Namun, pola jajan yang tinggi, mengakibatkan anak-anak tidak doyan makan, sehingga asupan gizinya kekurangan. timbuktu harthana/kcm


Sumber :

http://www.surya.co.id/2009/10/13/90-persen-bayi-di-kepulauan-seribu-menderita-anemia.html

13 Oktober 2009

Pulau Pramuka, Wisata Pantai Kepulauan Seribu


Anda sudah punya tujuan berlibur akhir pekan ini? Jika belum, berlibur ke Pulau Pramuka mungkin bisa menjadi salah satu tujuan bagi Anda yang ingin mendapatkan suasana pantai yang asri.

Pulau Pramuka memang tak setenar Pulau Bidadari, namun keindahannya tak kalah menggiurkan. Pohon kelapa yang melambai-lambai membuat kita betah berlama-lama di pulau pusat pemerintahan kabupaten administrasi Kepulauan Seribu ini.

Jika berniat berlibur ke Pulau Pramuka, anda dapat menyewa speedboat atau kapal cepat di Pantai Marina Ancol. Waktu yang ditempuh jika menggunakan speedboat sekitar 90 menit.

Selain menggunakan speedboat, anda dapat naik kapal masyarakat dari Muara Angke. Namun waktu yang ditempuh akan lebih lama dibandingkan speedboat, jika naik kapal masyarakat waktu yang dibutuhkan sekitar 2-3 jam.

Setelah sampai di sana, anda tak perlu bingung mengenai penginapan. Di Pulau Pramuka, anda dapat menemukan penginapan yang tak membuat dompet anda menjadi bolong. Cukup membayar vila Rp 300-500 ribu semalam, anda dapat menikmati gemuruh ombak, suara air laut yang mendayu-dayu, air laut yang jenih serta matahari tenggelam seperti mata dewa yang benderang.

Di pulau ini juga terdapat sarana pelestarian penyu sisik yang saat ini jumlahnya sudah sedikit sehingga dilindungi. Masyarakat yang mendiami Pulau Pramuka, sebagian besar berasal dari Bugis, Tangerang, dan Jakarta.

Tata tempat tinggal dan sanitasi Pulau Pramuka cukup baik, sedangkan dalam bidang pendidikan sudah terdapat sekolah dari SD hingga SMA. Sarana pra sarana cukup memadai mulai dari masjid, rumah sakit, sekolah, dermaga, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), villa dan penginapan bagi pengunjung wisata.

Apabila ingin melakukan perjalanan ke pulau lainnya di Kepulauan Seribu, anda tinggal menyewa ojek perahu dan anda akan langsung diantar ke Pulau Panggang, Pulau Karya, Pulau Semak Daun dan lainnya.

Tips berwisata ke pantai:

  • Menggunakan sun block (pelindung dari sinar matahari).
  • Memakai kacamata hitam dan topi, selain mengurangi panas dapat menambah gaya.
  • Membawa obat-obatan pribadi.
  • Menyiapkan sandal untuk berjalan-jalan di pasir putih.
  • Membawa ponsel pintar (smartphone) berkamera untuk mengabadikan momen tak terlupakan dan mengunggahnya ke jejaring sosial, serta update status agar orang-orang terdekat Anda tahu.

(joko/sym)

Sumber : 

http://www.esqmagazine.com/hiburan/2010/03/03/1608/pulau-pramuka-wisata-pantai-kepulauan-seribu.html

3 Maret 2010

Kepuluan Seribu Potensial Gantikan Tanjung Priuk

Wilayah Kepulauan Seribu dinilai cukup potensial menjadi pelabuhan utama ekspor nasional menggantikan pelabuhan Tanjung Priok. Pemerintah sedang mengkaji kemungkinan menjadikan wilayah ini sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

"Itu wilayah perairan yang sangat potensial. Kalau memang jadi, tidak perlu lagi Tanjung Priok," ujar Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawadi di sela acara Buka Puasa Bersama Wartawan Forum Keuangan dan Moneter (Forkem) di Jakarta, Senin (14/9/2009) malam.

Menurut Edy, wilayah tersebut bisa dijadikan pelabuhan utama dari produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri sebelum diekspor ke luar negeri. Saat ini, fungsi tersebut masih didominasi oleh pelabuhan Tanjung Priok yang notabene sudah tidak mampu menangani jumlah kontainer yang lebih besar.

Oleh sebab itu, pemerintah sedang mengkaji berbagai opsi membentuk sejumlah KEK untuk mengatasi masalah tersebut. Opsi lainnya yang sedang dikaji adalah menjadikan wilayah Banten sebagai KEK.

"Yang punya potensi cukup besar itu Banten," katanya.

Menurutnya, secara teknis dan geografis kondisi wilayah Banten sangat memadai untuk dijadikan sebuah kawasan khusus dengan luas pantai yang cukup dan jalur logistik yang terbuka. Edy mengatakan, Banten saat ini memerlukan biaya untuk membangun infrastuktur yang dibutuhkan.

Pemerintah Bentuk 2 KEK Tahun 2010

Pemerintah mengharapkan sedikitnya terbentuk dua buah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di tahun 2010 mendatang. Hingga saat ini sudah ada 22 provinsi yang mendaftar dan akan bersaing untuk dijadikan KEK tersebut.

Menurut Deputi Menko Perekonomian Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bambang Susantono, begitu Undang-Undang (UU) mengenai tata cara dan penerapan KEK tersebut ditetapkan, pihaknya akan langsung melakukan seleksi terhadap seluruh provinsi tersebut.

"Begitu kita punya pegangan UU tersebut, kita seleksi daerahnya. Untuk tahun pertama diharapkan 2 (KEK) dulu supaya bisa jadi model untuk wilayah lain," katanya.

Ia mengatakan, ada beberapa kriteria yang menjadikan sebuah wilayah layak dijadikan KEK, antara lain memiliki akses perdagangan ke internasional, berpotensi berkembang dan Pemprov setempat berkomitmen untuk memajukan kawasan tersebut.

Pemerintah juga sedang mengkaji rencana memasukan zona usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di dalam KEK tersebut. Hal itu ditujukan supaya para pelaku industri kecil bisa menjadi bagian langsung dari perdagangan internasional. 

"Nanti dia bisa menjadi pendukung industri besar di dalam KEK tersebut," imbuhnya.

Keuntungan lain yang didapat pelaku UMKM dalam KEK yaitu bakal mendapat insentif yang lebih besar dibandingkan di tempat lain. Dari 22 provinsi yang mendaftar hanya 17 provinsi saja yang dinilai memadai untuk dijadikan KEK.



Sumber :
Angga Aliya ZRF - detikFinance
 http://www.detikfinance.com/read/2009/09/15/121031/1203817/4/kepulauan-seribu-potensial-gantikan-tanjung-priok
15 September 2009

DKI Garap Potensi Kepulauan Seribu

Sejumlah pulau di Kepukluan Seribu akan dikembangkan untuk menarik wisatawan.

Bersama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengembangkan potensi wisata Kepulauan Seribu. 

Total pulau di Kepulauan Seribu ada 110. "Hanya 36 pulau yang akan dikembangkan," kata kata Bupati Kepulauan Seribu, Abdul Rachman Andit, di Balai Kota, Jakarta, Rabu 4 Maret 2009. 

Ia mengatakan, ada 45 pulau di Kepulauan Seribu yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata. Sembilan di antaranya telah menjadi resort. Dari sembilan itu, geliat wisata empat pulau mati suri akibat krisis moneter tahun 1998. Hanya lima pulau yang bertahan sebagai objek wisata.  

Krisis moneter juga membuat jumlah pengunjung di kepulauan utara Jakarta itu merosot tajam. Puncak pengunjung terjadi tahun 1998 sebanyak 180 ribu pengunjung setahun. Setelah itu pengunjung turun sampai 80 persen. Geliat wisata mulai bergairah lagi tahun 2007 dengan jumlah pengunjung berkisar 50 ribu per tahun. 

Beberapa pulau yang akan dikembangkan antara lain Pulau Matahari, Pulau Kayu Angin Genteng, Pulau Lintang, Pulau Sebaru, dan Pulau Lipan. "Pulau-pulau itu perlu dikembangkan untuk menarik wisatawan lagi," Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Firmansyah Rahim, menambahkan.


Sumber:
Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti
http://metro.vivanews.com/news/read/36135-dki_garap_potensi_kepulauan_seribu
4 Maret 2009

Liburan ke Kepulauan Seribu Yuk

Salah satu tempat yang relatif murah yang dapat Anda kunjungi di Kepulauan Seribu adalah Pulau Pramuka, pusat pemerintahan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.

Mengapa disebut tidak mahal? Anda dapat memilih salah satu dari tiga paket wisata bahari yang dikemas Balai Taman Nasional Laut 
Pulau Seribu (TNLKS) dengan harga relatif terjangkau.


Misalkan Anda memilih 
paket wisata Pulau Seribu empat hari tiga malam, Anda "hanya" membayar Rp 600.000 per orang (maksimal 30 orang dan kelipatannya), 
tetapi sudah dapat menikmati 15 obyek wisata bahari, sudah termasukbiaya transportasi, akomodasi (AC/TV), dan logistik (tujuh kali makandan 5 kali snack). Menginap selain di mes, juga di homestay milikwarga setempat.

Pengunjung 
paket wisata Pulau Seribu berangkat dari Marina Ancol menggunakan speedboat dari Marina Ancol butuh waktu satu jam. Dari pelabuhan rakyat Muara Angke, menggunakan kapal kayu (ojek) butuh waktu dua setengah jam. Wisatawan berhenti di Suaka Margasatwa Pulau Rambut seluas 45 hektar, yang ditumbuhi hutan bakau rimbun dan terumbu karang indah, dan didiami puluhan ribu ekor burung.


Di Pulau Pramuka, pulau permukiman yang menjadi pusat administrasi dan pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu, Anda akan disambut dengan es kelapa muda segar dan sukun goreng, atau dodol ****ut laut, makanan khas setempat.


"Di pulau ini, Taman Nasional Laut 
Pulau Seribu mengelola Pusat Wisata Pendidikan dan Konservasi Laut. Pengunjung belajar sembari menikmati kegiatan wisata, termasuk wisata outbound dan sembilan elemen highropes," kata Kepala Balai TNLKS Sumarto di Pulau Pramuka, pekan lalu.


Anda dapat berkenalan dengan biota laut langka, tukik, atau anakan penyu sisik dan melihat Laboratorium Hatchery Biota Laut Langka. Juga dapat memberi makan penyu dan melepas tukik ke laut.


Pengunjung dapat mengenali jenis mangrove dan lamun, termasuk menanamnya. Juga dapat melakukan transplantasi karang hias bermetode 
rockpile yang mudah, murah, ramah lingkungan dengan tingkat keberhasilan tinggi. Mangrove, lamun, dan karang merupakan tiga ekosistem laut yang berperan penting membangun ekosistem laut

Kepulauan Seribu yang optimal.
Di Pulau Pramuka, pengunjung dapat melihat penangkaran kupu-kupu di TNLKS, termasuk siklus metamorfosa kupu-kupu.

Selain menikmati panorama alam bahari dan budaya masyarakat Kepulauan Seribu, pengunjung juga dapat mengenal snorkeling dan diving (menyelam) secara awal. Kesempatan ini membuat banyak orang makin cinta bahari karena mereka dapat menyelam di bawah laut, menyaksikan keindahan alam bahari yang luar biasa. Aktivitas ini dapat Anda lakukan di baliho apung taman nasional dan di kawasan PerlindunganLaut Masyarakat Kepulauan Seribu, atau secara khusus di kawasan penangkaran karang hias.


Bakar ikan
Pengunjung dapat mengunjungi resor wisata Pulau Kotok, lokasi program rehabilitasi elang bondol dan kijang, serta ke akuarium bawah laut di Pulau Putri. Anda juga diperbolehkan memancing, membakar ikan, dan membuat api unggun. Bayangkan, makan ikan bakar di laut, apa enggak asyik tuh?

Pengelola TNLKS menyediakan pula hiburan organ tunggal, ruang diskusi, termasuk peralatan sound-system-nya, serta fasilitas olahraga, mulai dari tenis, bulu tangkis, voli pantai, tenis meja, sepak bola sampai fitness.


Yang juga menarik, Anda dapat melihat lokasi budidaya perikanan dan kelautan seperti ikan konsumsi (bandeng dan kerapu), rajungan, kima, teripang, ruput laut, dan ikan hias. Anda juga boleh memberi makan ikan-ikan besar seperti ikan napoleon, barakuda, platak, kue, dan julung-julung dalam jaring apung. Pengunjung dapat belajar bagaimana proses budidaya ikan konsumsi skala kecil dan skala industri milik PT Nusa Ayu Karamba, termasuk atraksi cabut duri bandeng.


Jika ada waktu, pengunjung mengunjungi tempat pengumpul ikan hias, dikelola nelayan di Pulau Panggang, yang bersertifikasi internasional. Anda pun dapat membeli koleksi ikan hias.


Sumber:
http://robertadhiksp.vox.com, dalam :
http://kamissore.blogspot.com/2010/03/liburan-ke-kepulauan-seribu-yuk.html

Kepulauan Seribu Butuh Perhatian Pemerintah Pusat


Bupati Kepulauan Seribu Burhanuddin mengatakan diperlukan keberpihakan pemerintah pusat untuk membangun dan melestarikan lingkungan Kepulauan Seribu. Saat ini sudah ada empat pulau yang hilang dan mati surinya usaha pariwisata bahari di sana.

"Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani mengatakan Gubernur paling bawel minta bantuan adalah Pak Fauzi Bowo, padahal DKI sudah kaya. Pemerintah Pusat salah, Jakarta dijadikan rivalitasnya," kata Burhanuddin, Selasa (16/2/2010).

Ia mengungkap hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam Round Table Discussion Potensi dan Prospek Pengembangan Sumberdaya Laut Kepulauan Seribu. Acara diselenggarakan SEAMEO Biotrop di Bogor, terkait  rangkaian kegiatan ulang tahun ke-42 organisasi Para Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara itu.

Burhanuddin mengatakan, untuk memelihara Jakarta daratan saja, APBD  DKI  Jakarta tidak cukup. Padahal, masih ada Jakarta kepulauan yang terdiri dari 110 pulau dengan luas wilayah lautan yang harus dijaga mencapai 11 kali wilayah Jakarta daratan.

"Baru Departemen Pekerja Umum yang bantu kami, yakni  di pembangunan Kanal Timur.  Lainnya, enggak ada. Bagaimana Jakarta kepulauan akan maju," ungkapnya.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kepulauan Seribu, kata Bupati, bergantung majunya pariwisata di sana. Untuk itu, kelestarian kepulauan  dan keamanan mendatanginya adalah keharusan.

Di kabupaten tersebut antara lain terdapat  cagar alam (di 17 pulau), cagar budaya (3 pulau), dan taman nasional laut seluas 107.489 hektar dengan zona intinya 4.449 hektar.

Bantuan yang dibutuhkan dari pemerintah pusat, kata Bupati, antara lain adalah pembangunan kabel listrik bawah laut untuk wilayah utaranya, dimana di sana potensi pariwisata berada dan kapal-kapal  penumpang.

"Kapal-kapal yang ada saat ini milik nelayan, yang oleh otorita pabuhan dinyatakan tidak laik untuk angkut penumpang, karena memang itu kapal nelayan untuk menangkap ikan. Pemerintah pusat kan bisa sumbang kapal-kapal penumpang itu, untuk dikelola kelompok-kelompok nelayan," katanya.

Para pengusaha pariwisata juga, lanjut Bupati, banyak yang bertanya akan nasib landasan pacu pesawat di Pulau Panjang. Pembangunanya baru 60 persen dan menghabiskan dana sekitar Rp 200 miliar.

"Sekarang kami harus mengkaji ulang pembangunanya. Dulu Zaman Orde Baru sudah dioperasikan, walaupun yang mendarat pesawat sewaan para wisatawan. Selain taman nasional laut, kan  Kepulauan Seribu punya lapangan golf sembilan hole," katanya.

Bupati Burhanuddin juga mengharapkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang dibahas dalam diskusi meja bundar Biotrop itu, dapat digunakan pemerintahannya untuk "menjual" Kepulauan Seribu kepada pemerintah pusat maupun investor swasta, demi meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Dalam diskusi itu ada 20 makah hasil penelitian di Kepulauan Seribu, yang dilakukan berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Direktur SEMEAO Biotrop Bambang Purwantara  mengatakan hasil diskusi itu akan direkomendasikan ke pemerintah.

"Komitmen Biotrop adalah melanjutkan penelitian di Kepulauan Seribu  sehingga pembangunan yang dilaksanakan di sana berbasis pada pembangunan dan pelestarian alam yang berkelanjutan," katanya.


Sumber :

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/02/16/22470910/Kepulauan.Seribu.Butuh.Perhatian.Pemerintah.Pusat

16 Februari 2010

Kepulauan Seribu Jadi Pengembangan Wisata Bahari


Kepulauan Seribu mulai dijadikan proyek pengembangan pariwisata bahari. "Saat ini kami sedang mengakselerasi pengembangan Kepulauan Seribu untuk pariwisata bahari," ujar Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Wisata Bahari (Gahawistri), Didin Junaedi, di Jakarta, Senin (15/3).

Menurut Didin, hambatan utama untuk pariwisata bahari ke Kawasan Kepulauan Seribu adalah masalah aksesibilitas. Selama tiga tahun terakhir sistem transportasi dari Jakarta menuju kawasan Kepulauan Seribu masih belum reguler. "Padahal aksesibilitas merupakan faktor penunjang nomor satu bagi pariwisata bahari," ujar Didin.

Karena masalah aksesibilitas ini, para wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia masih belum banyak berkunjung ke Kepulauan Seribu. "Jangankan dari daerah, wisatawan Jakarta saja jarang berkunjung ke Kepulauan Seribu," ujar Didin.

Pariwisata Bahari menjadi tren di Indonesia selama beberapa tahun belakangan. Selain menyelam, kegiatan-kegiatan terkait wisata bahari adalah pemancingan, wisata kapal pesiar, berselancar dan kegiatan-kegiatan pantai lainnya. 

ARYANI KRISTANTI

Sumber :
http://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2010/03/15/brk,20100315-232648,id.html
15 Maret 2010

Profil Kabupaten Kepulauan-Seribu

Wilayah Kepulauan Seribu merupakan bagian wilayah DKI jakarta ini memiliki luas wilayah 869,61 Km2. Secara geografis terletak di 106o19 30 - 106o44 50 BT dan antara 5o10 00 -5o57 00 LS, daerah ini berbatasan dengan Laut jawa dan Selat Sunda di utara dan barat, Laut Jawa di timur, Kecamatan Cengkareng, Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Koja, Cilincing, dan Tangerang(Banten) di selatan'

Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi 2 Kecamatan, 6 Kelurahan, dan 110 Pulau. Hingga tahun 2006 memiliki jumlah penduduk 19.362 jiwa yang terdiri dari 10.010 jiwa pria dan 9.352 jiwa wanita. Dilihat dari segi ekonomi, total nilai PDRB menurut harga konstan yang dicapai Kepulauan seribu pada tahun 2006 sebesar 109.839,25 (dalam jutaan rupiah), dengan konstribusi terbesar datang dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, disusul kemudian dari sektor jasa, dan sektor bangunan. 

Di wilayah Kabupaten ini terdapat sebuah zona konservasi berupa taman nasional laut kepulauan seribu, sebagai daerah yang sebagian besar perairan dan didalamnya juga terdapat zona konservasi maka tidaklah megherankan bilamana pengembangan wilayah Kabupaten ini ditekankan pada pengembangan budidaya laut dan pariwisata.


Sumber Data: 
Jakarta Dalam Angka 2005/2006
(01-8-2006)
BPS DKI Jakarta



Sumber :

http://regionalinvestment.com/sipid/id/displayprofil.php?ia=3101

Bertamu ke Zona Inti Kepulauan Seribu

Beruntung. Begitulah kalau bisa menjambangi zona inti taman nasional. Maklum kawasan ini bukan untuk kegiatan wisata, perlu izin khusus untuk memasukinya. Keberuntungan itu juga berpihak pada saya belum lama ini, karena berkesempatan menjambangi beberapa pulau yang masuk kawasan utama Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS). Meski cuma memantau kondisi alamnya sekilas, paling tidak keinginan menginjakkan kaki di zona inti, terwujud. 

Mendengar ada operator perjalanan yang diperbolehkan menjambangi zona inti TNLKS, bukan cuma saya yang senang. Sejumlah orang turut gembira dan antusias menjadi peserta. Maklum kesempatan ini langka, dan belum tentu datang dua kali. Selama ini beberapa kali ke Kepulauan Seribu, saya belum pernah masuk ke zona inti. Hanya ke pulau-pulau wisata dan cagar alamnya saja seperti Pulau Onrust, Sepa, Untung Jawa, dan Pulau Rambut.

Anita, salah satu peserta yang sebenarnya lebih menyukai mendaki gunung dari pada ke pulau akhirnya tertarik ikut setelah mendengar kabar itu. "Kebetulan belum pernah ke Kepulauan Seribu, apalagi ke zona inti. Kan jarang orang bisa pergi ke sana," kata karyawati sebuah perusahaan swasta di Jakarta ini.

Jum'at pagi, saya dan rombongan peserta lain bertemu di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara untuk menyeberangi Teluk Jakarta. Setibanya di dermaga, terlihat deretan kapal pesiar kecil (yacht) yang didominasi warna putih. Menurut salah seorang nahkodanya, pemilik yacht tersebut kebanyakan orang asing dan warga keturunan yang sukses. Kondisi dermaga cukup bersih dan tertata sehingga enak dipandang mata, sepintas seperti berada di luar negeri. Tapi masih ada saja orang kapal yang sembrono membuang sampah ke laut, padahal tersedia tong-tong sampah.

Di dermaga, lebih kurang 50 peserta berkumpul. Mereka nampak senang dan tak sabar ingin segera berlayar. Namun pihak kapal cepat yang kami sewa tidak mau berangkat dengan alasan jumlah orang dan barang melebihi kapasitas angkut. Bendi, ketua operator perjalanan sibuk bernegosiasi. Tiga jam lebih kami menunggu kepastian, beberapa peserta kecewa. Akhirnya diambil kesepakatan, kapal cepat tetap berangkat tapi sesuai kapasitas. Sisanya menggunakan kapal kayu yang didatangkan dari Muara Angke, sekitar 30 menit dari dermaga.

Jelang siang, kapal cepat meninggalkan dermaga. Saya dan lainnya harus menunggu kapal kayu yang masih ada di Muara Angke. Setengah jam kemudian kapal impian datang. "Ini baru petualangan, nikmati saja", kata seorang peserta, seolah menghibur sekaligus menyindir setelah melihat kondisi kapal kayu. Jika dibandingkan dengan kapal motor cepat yang sudah berangkat lebih dulu, jelas beda. Kapal motor cepat lebih keren dan berkelas, waktu tempuhnya pun singkat. Tapi apa boleh buat, kami terpaksa berangkat dengan kapal kayu yang bermesin bising dan waktu jangkaunya lebih lama sekitar 3,5 jam.

Belum ada 15 menit bergerak, tiba-tiba kapal kayu berhenti. Ternyata penyedot airnya tersumbat sampah plastik sehingga harus dibersihkan. Anak buah kapal, segera terjun ke laut membuang sampah yang tersedot. "Ini sudah biasa, nggak usah takut ," kata Jalal, sang nahkoda mencoba menenangkan beberapa peserta yang rada cemas.

Kapal kembali melaju, saat itulah terlihat tumpukan-tumpukan sampah terombang-ambing arus laut, antara lain kantung plastik, pembungkus mie instan, botol minuman mineral, kayu sampai perabot rumah tangga seperti bangku dan kasur. "Sampah-sampah itu nantinya terdampar di beberapa pulau," jelas Jalal yang mengaku kelahiran Pulau Pramuka.

Melihat kondisi itu, saya semakin yakin perairan Teluk Jakarta lambat laun bakal menjadi lautan sampah, kalau mental dan prilaku masyarakatnya tetap jorok. Warna airnya pun rada keruh dan bau akibat buangan limbah industri, pabrik dan rumah tangga yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Matahari tepat di atas kepala saat kami tiba di dermaga Pulau Pramuka. Anak-anak pulau terlihat asyik bermain di sekitar dermaga, bahkan ada yang berenang.

Rombongan pertama sedang berada di kantor TNLKS, melihat penangkaran Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata). Rombongan kedua segara menyusul. Beberapa panitia sibuk menyiapkan makan siang dengan menu gado-gado dibantu beberapa anak buah kapal.

Pulau Pramuka merupakan ibukota Kabupaten Kepulauan Seribu. Di pulau paling selatan dalam gugusan Kepulauan Seribu ini tersedia kompleks pusat pengunjung, warung, sewa alat snorkeling dan diving, masjid besar, lapangan sepak bola, satu SMU, pesanggrahan/wisma tamu, bumi perkemahan, pusat informasi, dan pemandu wisata yang siap mengantar pengunjung ke obyek-obyek yang ada.

Pulau ini didiami penduduk dari bermacam suku. Kendati penduduknya kian bertambah, namun masih banyak tanaman besar yang tumbuh. Berbeda dengan pulau terdekatnya, yakni Pulau Panggang yang terlihat padat dan gersang, hanya deretan rumah permanen seperti layaknya di kota. Pulau Kelapa juga dipadati penduduk. Ketiga pulau tersebut masuk Zona Pemanfaatan Tradisional TNLKS, dimana masyarakatnya tetap diperbolehkan menangkap ikan dengan alat tradisional separti jaring, pancing, dan bubu. Tapi kenyataannya banyak yang mengunakan bom hingga merusak biota laut. "Yang ngebom masih aja ada," terang Jalal.

Seluruh rombongan kemudian bertolak ke Pulau Kuburan Cina dipandu polisi hutan atau jagawana. Selama perjalanan, kondisi laut nampak lebih bersih tak ada sampah dan airya pun jernih. Beberapa pulau-pulau kecil menjadi sajian lain yang menawarkan keindahan. Jelang sore kapal kayu mendekat di Pulau Kuburan Cina yang super mungil dan tak berdemaga. Dari kejauhan pantainya yang berpasir putih dan deretan pohon cemara laut jelas terlihat serta beberapa tenda yang telah disiapkan panitia dan beberapa tenaga porter.

Dengan sampan semua peserta diangkut bergantian. Beberapa peserta tak kuasa menahan hasrat berenang. Mereka langsung terjun ke laut dari kapal dengan pelampung menuju pantai. Setibanya di pantai, ada yang langsung ber-canoeing dan snorkeling, ada pula yang duduk-duduk di bentangan pasir sambil menunggu sang surya tenggelam. Meski namanya Kuburan Cina, namun di pulau ini tidak ditemukan satu pun makam atau kuburan.

Pulau Kuburan Cina tidak memiliki sumber air tawar. Panitia harus membuat MCK darurat. Air tawar terpaksa harus diambil berulangkali ke pulau terdekat. Di saat peserta asyik menikmati beragam aktivitas bahari, panitia mulai sibuk menyiapkan minum dan makan malam. Ikan bakar menjadi menu pilihan. Proses memasak terganggu lantaran hujan turun. Alhasil, pembagian menu tersendat.

Usai bersantap, beberapa peserta masuk tenda, banyak pula yang menghamparkan matrasnya di pantai lalu tidur. Beberapa peserta memancing ikan dari kapal kayu. Tengah malam hujan kembali turun, beberapa panitia, peserta dan porter pria pindah ke saung beratap seng yang bocor dan beberapa lagi berteduh di bawah pohon lantaran tenda sudah penuh.

Keesokan paginya, setelah sarapan peserta kembali ber-snorkeling dan canoeing. "Ikannya lebih berwarna tapi hard corral-nya tidak sebagus di Karimunjawa," aku Riani, salah satu peserta perempuan yang gemar snorkeling.

Tempat Peneluran Alami

Usai puas snorkeling, seluruh peserta menuju Pulau Peteloran Barat dan Penjaliran Timur yang masuk zona inti TNLKS. Selama perjalanan, kondisi air laut nampak bersih dan jernih. Beberapa pulau mungil manawarkan pemandangan berbeda. Satu jam lebih, kapal mendekati Pulau Penjaliran Timur yang tidak berdermaga, sama seperti Pulau Peteloran.

Mengingat waktu kunjungan sangat singkat, rombongan dibagi dua. Ada yang ke Penjaliran Timur dan sebagian lagi ke Pulau Peteloran Barat. Saya dan beberapa rekan memilih menyusuri seperempat Pulau Penjaliran Timur bersama Saptawi Sunarya, 36, polisi hutan TNLKS. "Kedua pulau ini masuk zona inti karena menjadi tempat peneluran alami penyu sisik dan perlindungan hutan bakau," jelas Saptawi.

Namun untuk melihat penyu sisik bertelur, tidak harus menunggu lama di kedua pulau tersebut apalagi sampai bermalam, kecuali para peneliti yang sudah mengantongi izin penelitian. "Pengunjung biasa disarankan ke Pulau Pramuka sebagai tempat pelestarian dan penangkaran penyu sisik sejak tahun 1995," tambah Saptawi. Saat trekking di Pulau Penjaliran Timur, beberapa pohon besar tumbang di pantai karena tergerus ombak.

"Seperti habis kena tsunami," kata salah satu peserta. Oleh beberapa peserta, deretan pohon yang tumbang beserta akar-akarnya itu justru dijadikan latar belakang pemotretan. Di pulau ini terlihat plang berwarna hijau bertuliskan nama pulau tersebut dengan luas 14 hektar yang masuk wilayah admisnistratif DKI Jakarta. Vegetasinya cukup lebat, antara lain bakau, pohon kelapa, pandan laut, cemara laut, dan semak belukar. Di sana juga terdapat pos penjagaan yang kadang didatangi petugas secara berkala untuk memantau kondisi pulau. "Dulu di perairan pulau ini terdapat kapal karam, namun bangkainya sudah hilang," lanjut Saptawi.

Kendati letak Pulau Penjaliran Timur jauh dari daratan Jakarta, namun sampah cukup banyak berserakan di pantainya. Tak jauh dari pulau ini terlihat Pulau Sebaru.

Pulau lain yang masuk zona inti TNLKS adalah Pulau Belanda, Kayu Angin, dan Pulau Bira serta enam terumbu di sekitarnya. Kawasan ini khusus diperuntukkan untuk menjaga ekosistem terumbu karang. Selain itu, Pulau Penjaliran Barat untuk melindungi hutan bakau dan Pulau Gosong Rengat serta Peteloran Timur untuk perlindungan habitat peneluran penyu sisik.

Usai memantau kawasan inti, semua peserta kembali naik kapal kayu dan bergerak ke daratan Jakarta, membawa kesan mendalam dari zona inti Kepulauan Seribu.

Tips Perjalanan

Ada beribu cara menggapai Kepulauan Seribu. Dari Tangerang, Anda bisa menuju Tanjung Pasir. Dari sana tinggal naik perahu ke Pulau Untung Jawa yang terkenal dengan kripik sukunnya dengan ongkos cuma Rp 5.000 per orang. Atau bisa langsung mencarter perahu ke Pulau Rambut dan pulau-pulau arkeologi.

Dari Jakarta Utara, tepatnya Marina Ancol ke Pulau Pramuka Anda bisa naik kapal wisata (speedboat) pulang pergi Rp 350.000/orang. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Atau naik kapal cepat Lumba-Lumba Trans Jakarta Rp 25.000/orang. Mau yang lebih murah naik ferry sekali sehari dari dermaga 21 Ancol. Waktu tempuhnya tentu lebih lama sekitar 3,5 jam. Dari Tanjung Priok ke Pulau Panggang terdapat transportasi laut dua kali seminggu. Setiap hari Sabtu juga diselenggarakan perjalanan laut dengan jet foil, lebih kurang 1 jam.

Kalau senang berpetualang, berangkat saja dari Muara Angke. Dari tempat ini, Anda dapat naik 'ojek laut', yakni kapal kayu yang berfungsi sebagai angkutan umum laut dari Muara Angke Rp 18.000 per orang berangkat pukul 7 pagi ke Pulau Pramuka, sekitar 3,5 jam. Bisa juga dari Muara Karang ke Pulau Pramuka Rp 15.000 per orang.

Jika tujuannya memancing, Anda bisa menyewa kapal kayu di Muara Angke atau di Pulau Pramuka. Sewa per kapal tergantung letak perairan dan pulau yang dituju. Tarifnya bisa ditawar.


Sumber:
Majalah Travel Club, dalam :
http://liburan.info/content/view/442/43/lang,indonesian/