Koran Kompas hari Selasa tgl 29 Mei 2007 memberitakan tentang “Sampah Kian Tak Terkendali” di Kepulauan Seribu. Bupati Kepulauan Seribu Bapak Djoko Ramadhan mengatakan bahwa sampah tersebut sudah melewati Pulau Pramuka yang biasa ditempuh dalam waktu 1.5 jam atau 45 km dari Pantai Marina, Ancol. Hal ini sebenarnya sudah diberitakan oleh Bupati sebelumnya yaitu Bapak Abdul Kadir yang sangat mengkhawatirkan keadaan daerahnya. Padahal Kepulauan Seribu adalah rumah bagi Kawasan Taman Nasional Laut dengan luas 108.000 ha. Bagaimana kita mau menikmati dan berekreasi di sama kalau yang dilihat cuma sampah?
Menurut data dari beritabumi.or.id Rata-rata setiap orang di Jakarta menghasilkan 3 liter sampah setiap harinya dan 90% dari sampah tersebut dibuang ke 13 sungai yang ada di Jakarta. Time Asia bulan Oktober 2006 mengatakan sekitar 1200 meter kubik sampah Jakarta dibuang ke laut atau setara dengan 288 ton sampah Setiap Hari! Bagimana kalau setelah satu tahun? Sampah sudah akan mencapai 105,120 ton! Kalau hanya sebagian saja yang dijaring dan dibersihkan, berapa banyak yang sisa setiap tahunnya dan menggunung terus menerus.
Lebih dari 75% dari penduduk Kepulauan Seribu tergantung pada sektor perikanan dan kelautan sehingga mereka pun bergantung pada laut yang bersih untuk mendapatkan hasil yang baik juga.
Pak Djoko Ramadhan mengatakan bahwa harus ada lintas sektoral untuk membersihkan kali misalnya dengan memasang jaring di setiap kecamatan dan kelurahan yang dilewati sungai dan bertanggung jawab untuk daerahnya. Hal ini sangat baik dan sangat perlu dilakukan dengan segera. Setiap Lurah dan Camat pun harus merasa peduli, dan bukan membiarkan sampah melewati daerahnya saja, dan juga melihat impact yang jauh lebih besar ke depannya.
Selain itu juga kita harus terus mensosialisasikan kampanye “Jangan Buang Sampah” ke seluruh masyarakat. Memang kalau sosialisasi saja tidak akan digubris. Pemerintah harus mulai menetapkan sangsi yang berat juga. Memang hal ini bukan hanya untuk masyarakat Jakarta saja. Penduduk Kepulauan Seribu pun harus bisa memberi contoh, tidak dengan membuang sampah, air besar dan lainnya ke laut. Kalau mereka sendiri tidak peduli bagaimana dengan orang lain?
Lebih dari itu, rumah kumuh dan illegal di bantaran sungai HARUS dibasmi. Bukan saja mereka mengotori sungai, tapi juga mengambil jalur hijau yang seharusnya dapat menghijaukan dan mengurangi polusi kita. Saya bukannya sadis dan hanya mau mengusir, tetapi kita juga harus bisa tegas karena kalau tidak kita yang rugi sendiri. Di negara lain pun seperti itu dimana pemerintah tegas dalam mempertahankan tanah milik negara dan mengusir siapa pun yang tinggal didalamnya.
Memang sampah merupakah problem yang banyak orang tidak memperdulikan, tetapi sekalinya menjadi problem dan memberi impact langsung kepada mereka, baru mau action. Ingat problem sampah di Bandung? sampai seluruh kota menjadi bau sampah. Kalau sudah begitu baru bingung…
Sumber :
http://akuinginhijau.org/2007/05/30/hasil-dari-sampah-sampah-kita-di-kepulauan-seribu/
30 Mei 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar